Tuesday, July 9, 2013

5 Trik Memotret di Museum

Pada kesempatan kali ini kami akan membagikan sedikit Trik Fotografi  yaitu  5 Trik Memotret di Museum.
Sebagian besar museum membolehkan pengunjung menggunakan kamera untuk mengabadikan suasana dan koleksinya. Dan sebagian besar pula, melarang menggunakan tripod dan lampu kilat (blitz) saat memotret. Sebab, lampu blitz diyakini memancarkan gelombang panas dan elektromagnetik yang dapat merusak koleksi museum.

Ketika memotret didalam museum, kita akan mendapatkan tantangan, yaitu :

Pertama, masalah utama memotret di dalam museum adalah low light, minim cahaya dan bagi lensa sudah dapat dibilang remang-remang. Larangan menggunakan lampu kilat membuat lensa harus bekerja ekstra keras menangkap cahaya yang sedikit.
Kedua, ruangan museum indoor biasanya menggunakan lampu bohlam berwarna kekuning-kuningan. Termasuk lampu-lampu sorot yang digunakan untuk menerangi koleksi museum. Perhatikan white balance supaya gambar yang dihasilkan lebih natural, tidak terlampau kekuningan atau merah matang seperti udang rebus.
Ketiga, tiap lampu di tiap koleksi museum atau di setiap rungan mempunyai intensitas cahaya yang berbeda-beda. Perbedaan disebabkan karena banyak faktor seperti umur bohlam lampu maupun besar-kecilnya ruangan yang tidak sama. Bagi mata manusia, mungkin tidak terasa. Tetapi bagi mata lensa, perbedaan warna lampu sedikit saja sangat sensitif dan mempengaruhi white balance.
Keempat, terkadang cahaya lampu diganggu juga dengan cahaya matahari yang masuk melewati kisi-kisi jendela. Alhasil terdapat percampuran warna cahaya kekuningan dari lampu dan warna putih dari sinar matahari.
Kelima, suasana museum yang ramai pengunjung membuat kesulitan saat ingin membuat gambar bersih dari adegan-adegan pengunjung yang ‘merusak frame’.
Keenam, luas ruangan di dalam museum tidak sama. Ada yang besar membentuk hall, namun ada yang kecil seperti bilik kamar ukuran 5×6 meter. Perbedaan besar kecil ruangan tersebut akan mempengaruhi penggunaan lensa. Apakah efektif menggunakan lensa lebar ataukah lensa normal.
Ketujuh, hampir bangunan museum di Eropa mempunyai desain eksterior yang unik. Sehingga siapapun yang ke museum tersebut akan memotret suasana dan detail luar museum juga.

Namun dibalik tantangan tersebut, maka aka nada solusinya. Berikut ini 5 Trik Memotret di Museum yang bisa anda praktekkan dengan mudah :
Lensa Ber-Diafragma Lebar
Siapkan lensa dengan diafragma lebar setidaknya hingga f/2,8. Kalau tidak memiliki, bisa pinjam temen atau sewa berbayar. Kalau diafragma terbesar hanya pada f/3,5 maka siap-siap membesarkan bilangan ISO hingga diatas 2.500.
Lensa Lebar Wajib
Siapkan lensa lebar untuk mengantisipasi ruangan sempit sekaligus ruangan sangat luas. Lensa lebar akan mampu menjangkau ruangan sempit karena daya jangkaunya yang luas, sehingga saat memotret tidak perlu mundur-mundur dan bentrok dengan dinding.
Lensa Normal
Siapkan lensa normal seperti 50mm. Lensa normal ini sangat diperlukan untuk memotret detail dan koleksi museum.
ISO dan Kondisi Ruang
Setting camera pada ISO yang sesuai dengan kondisi ruangan. Biasanya ISO diset diatas 2.000 untuk kondisi ruangan seperti ballroom di hotel-hotel.
Gunakan White Balance
Sebisa mungkin menggunakan WhiteBalance (WB) secara manual yakni Kelvin. Dalam derajat Kelvin, biasanya akan dimulai dengan angka paling kecil yakni 2.500 dan terbesar 12.000. Angka terkecil untuk menyiasati suhu warna yang dingin (biru), sementara paling besar untuk suhu warna terpanas (merah).
Di ruangan museum dengan AC yang di setel dingin dan cahaya lampu bohlam kekuningan, biasanya dapat diantisipasi dengan derajat Kelvin antara 3.000 hingga 4.500. Sementara di luar museum dengan matahari terik, derajat Kelvin bisa ditingkatkan hingga 6.000 atau 7.000 atau lebih tergantung intensitas caha matahari. Bila belum terbiasa, dapat dipergunakan WB auto.