Pada kesempatan kali ini kami akan membagikan sedikit Trik Fotografi yaitu 5 Trik Memotret di Museum.
Sebagian besar museum membolehkan pengunjung menggunakan kamera untuk
mengabadikan suasana dan koleksinya. Dan sebagian besar pula, melarang
menggunakan tripod dan lampu kilat (blitz) saat memotret. Sebab, lampu blitz diyakini memancarkan gelombang panas dan elektromagnetik yang dapat merusak koleksi museum.
Ketika memotret didalam museum, kita akan mendapatkan tantangan, yaitu :
Pertama, masalah utama memotret di dalam museum adalah low light,
minim cahaya dan bagi lensa sudah dapat dibilang remang-remang.
Larangan menggunakan lampu kilat membuat lensa harus bekerja ekstra
keras menangkap cahaya yang sedikit.
Kedua, ruangan museum indoor biasanya
menggunakan lampu bohlam berwarna kekuning-kuningan. Termasuk
lampu-lampu sorot yang digunakan untuk menerangi koleksi museum.
Perhatikan white balance supaya gambar yang dihasilkan lebih natural, tidak terlampau kekuningan atau merah matang seperti udang rebus.
Ketiga, tiap lampu di tiap koleksi museum atau di setiap
rungan mempunyai intensitas cahaya yang berbeda-beda. Perbedaan
disebabkan karena banyak faktor seperti umur bohlam lampu maupun
besar-kecilnya ruangan yang tidak sama. Bagi mata manusia, mungkin tidak
terasa. Tetapi bagi mata lensa, perbedaan warna lampu sedikit saja
sangat sensitif dan mempengaruhi white balance.
Keempat, terkadang cahaya lampu diganggu juga dengan cahaya
matahari yang masuk melewati kisi-kisi jendela. Alhasil terdapat
percampuran warna cahaya kekuningan dari lampu dan warna putih dari
sinar matahari.
Kelima, suasana museum yang ramai pengunjung membuat kesulitan
saat ingin membuat gambar bersih dari adegan-adegan pengunjung yang
‘merusak frame’.
Keenam, luas ruangan di dalam museum tidak sama. Ada yang
besar membentuk hall, namun ada yang kecil seperti bilik kamar ukuran
5×6 meter. Perbedaan besar kecil ruangan tersebut akan mempengaruhi
penggunaan lensa. Apakah efektif menggunakan lensa lebar ataukah lensa
normal.
Ketujuh, hampir bangunan museum di Eropa mempunyai desain
eksterior yang unik. Sehingga siapapun yang ke museum tersebut akan
memotret suasana dan detail luar museum juga.
Namun dibalik tantangan tersebut, maka aka nada solusinya. Berikut ini 5 Trik Memotret di Museum yang bisa anda praktekkan dengan mudah :
Lensa Ber-Diafragma Lebar
Siapkan lensa dengan diafragma lebar setidaknya hingga f/2,8. Kalau
tidak memiliki, bisa pinjam temen atau sewa berbayar. Kalau diafragma
terbesar hanya pada f/3,5 maka siap-siap membesarkan bilangan ISO hingga
diatas 2.500.
Lensa Lebar Wajib
Siapkan lensa lebar untuk mengantisipasi ruangan sempit sekaligus
ruangan sangat luas. Lensa lebar akan mampu menjangkau ruangan sempit
karena daya jangkaunya yang luas, sehingga saat memotret tidak perlu
mundur-mundur dan bentrok dengan dinding.
Lensa Normal
Siapkan lensa normal seperti 50mm. Lensa normal ini sangat diperlukan untuk memotret detail dan koleksi museum.
ISO dan Kondisi Ruang
Setting camera pada ISO yang sesuai dengan kondisi ruangan. Biasanya
ISO diset diatas 2.000 untuk kondisi ruangan seperti ballroom di
hotel-hotel.
Gunakan White Balance
Sebisa mungkin menggunakan WhiteBalance (WB) secara manual yakni
Kelvin. Dalam derajat Kelvin, biasanya akan dimulai dengan angka paling
kecil yakni 2.500 dan terbesar 12.000. Angka terkecil untuk menyiasati
suhu warna yang dingin (biru), sementara paling besar untuk suhu warna
terpanas (merah).
Di ruangan museum dengan AC yang di setel dingin dan cahaya lampu
bohlam kekuningan, biasanya dapat diantisipasi dengan derajat Kelvin
antara 3.000 hingga 4.500. Sementara di luar museum dengan matahari
terik, derajat Kelvin bisa ditingkatkan hingga 6.000 atau 7.000 atau
lebih tergantung intensitas caha matahari. Bila belum terbiasa, dapat
dipergunakan WB auto.